Dari kiri Manan dan Ridwan Jas biru bersama Harry
Ketua HMP HTN UINSA
Doc. Arrisalah / Najih
arrisalahpers.com
– Ridwan dan Manan,
delegasi Mahasiswa UIN Ar-Raniry Aceh yang akan mengikuti Kongres Forum
Mahasiswa Hukum Tata Negara se-Indonesia (FMHTN-SI) yang di selenggarakan di
UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya pada hari Kamis-Minggu (20-23/12). Mereka tidak
menyangka akan mengalami pengalam pahit dalam perjalanan ke kongres ini.
Sehigga membuat mereka sangat kelelahan sesampainya di lokasi kongres.
Manan
bercerita, mereka berangkat dari Banda Aceh ke Bandara Kualanamu Medan sejak rabu
malam dengan mengendarai mobil kijang Inova. Sesampainya di Kualanamu mereka
harus menunggu karena pemberangkatan pesawat yang semula jam 19.00 WIB ternyata
delay.
“Seharusnya
kita take off jam 19.00 WIB namun
dikarenakan ada keterlambatan dari pesawat, jadi kami mau tidak mau harus
menunggu lama mas,” jelasnya.
Akhirnya
sekitar jam 23.00 WIB mereka baru sampai di bandara Soekarno Hatta. Sesampainya
di bandara Soekarno Hatta mereka beristirahat sejenak di area sekitar bandara
sambil menunggu pemberangkatan pesawat ke Surabaya yang dijadwalkan berangkan
jam 05.00 WIB.
Pada
saat menunggu pemberangkatan pesawat dari Jakarta ke Surabaya inilah pengalaman
pahit dirasakan oleh mereka berdua, pesawat yang semula dijadwalkan berangkat
jam 05.00 WIB ternyata secara tiba-tiba telah berangkan pada jam 04.20 WIB.
Berdasarkan
cerita dari Ridwan, pada jam 04.20 WIB itu mereka sholat subuh terlebih dahulu,
karena mereka berfikir pemberangkatannya masih lama dan kemungkinan ada kemoloran
seperti yang terjadi waktu di bandara Kualanamu. Baru setelah sholat mereka
bergegas untuk berangkat. Akan tetapi sesampainya di pintu pengecekan tiket,
ternyata pesawat yang akan mereka naiki sudah berangkan pada pukul 04.20 WIB padahal
pada jadwalnya jam 05.00 WIB. Sehingga hal ini membuat mereka jengkel, lalu
mempertanyakan pelayanan yang ada dibandara ini.
Bahkan
bukan cuma mereka yang mengalami pengalaman pahit ini, ada banyak penumpang yang
menjadi korban, bahkan ada salah satu bapak-bapak yang ngotot untuk minta ganti
rugi kepada pihak maskapai. “Bapak tersebut mengatakan kami gak mau, kami harus
mendapatkan ganti rugi atau ganti jam terbang,” jelas Ridwan menirukan apa yang
disampaikan bapak-bapak yang protes kepada pihak maskapai penerbangan.
Dari
keterangan Ridwan, pihak maskapai sebenarnya telah menyetujui opsi dari
bapak-bapak yang protes untuk mangganti jam terbang. Akan tetapi dengan catatan
uang dari tiket awal dipotong 90% dan 10% untuk potongan harga tiket yang baru.
Sehingga kerugian besar masih tetap mereka rasakan karena uang tiket awal
mereka harus hangus 90% begitu saja.
Setelah
mempertimbangkan dan mendiskusikan dengan keluarga yang ada di rumah akhirnya
dua mahasiswa ini tetap bertekat bulat untuk berangkat ke Surabaya. “Saya
sebenernya sudah lemes sekali, Cuma karena semangat untuk ikut menyukseskan
acara ini jadi itu yang menjadi motivasi kami untuk terus melangkah,” jelas
Ridwan.
Hingga
akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil penerbangan dari Jakarta ke Surabaya
yang dijadwalkan jam 16.00 WIB. Lalu mereka-pun sampai di bandara Juanda pada
hari kamis jam 17.20 WIB dan sampai di lokasi kongres FMHTN-SI yang berlokasi
di Hotel GreenSA Inn.
Meskipun mengalami pengalaman pahit dan harus menghabiskan uang kurang lebih Rp. 2.800.000, Ridwan dan Manan tetap semangat untuk ikut berpartisipasi di acara kongres pertama FMHTN-SI yang diselenggarakan di UINSA. Bahkan cerita perjalanan demi mengikuti kongres inipun mereka sampaikan kepada peserta lainnya saat technical meeting pada kamis malam dan mendapat apresiasi dari para peserta yang hadir. (Naj)
0 Komentar