Postingan terbaru

DARI REDAKSI

Lingkar Pena Pers Mahasiswa ARRISALAH

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Arrisalah adalah Unit Kegiatan Khusus (UKK) Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. LPM Arrisalah me launching produk penerbitannya pertama kali pada tahun 1987 dengan SK Senat Mahasiswa Fakultas Syari’ah, No:10/Kep/SM-FS/IAINSA/VII/1987.

Nama Arrisalah merupakan metamorfosis Buletin Asy-Syari’ah yang berdiri pada tahun 1985.  Kemudian berubah nama menjadi Arrisalah pada tanggal 9 Februari 1987 didasarkan kepada kebutuhan mahasiswa yang ada pada saat itu menghendaki perubahan dan kebebasan berfikir. Maka di edisi perdananya, Arrisalah sudah berani mengusik persoalan Normalisasi Kehidupan Kemahasiswaan (NKK) atau Badan Kordinasi Kemahasisiwaan (BKK) yang merupakan sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh rezim Orde Baru (ORBA) pada masanya, sebagai alat untuk membungkam suara-suara kritis mahasiswa.

Pada 1990 -1993, Arrisalah mengembangkan format tampilan dan isinya serta focus pembahasannya. Arrisalah periode awal berkutat pada upaya demokrasi diwilayah kampus, kemudian bergerak melebarkan focus bidikannya bahkan pada isu-isu nasional. Arrisalah mulai ikutan dildalam membuka isu-isu “ketertindasan” yang dilakukan ORBA terhadap rakyat-rakyat kecil. Menyuguhkan wacana-wacana demokratisasi dan mencoba merangsang daya kritis mahasiswa terhadap pemerintah kala itu.

Kemudian pada tahun 1995-1998, 50 tahun Indonesia merdeka. Momen yang dikemas oleh ORBA dengan mewacanakan “Indonesia Emas” untuk melegitimasi keberhasilan ORBA, dijadikan isu utama oleh crew LPM Arrisalah untuk mewujudkan perlawanan. Disaat itulah majalah Arrisalah menerima penghargaan dari Institusi Studi Arus Informasi (ISAI) Jakarta pada 1998 “sebagai majalah yang mampu menjadi inspirasi bagi tumbuhnya persalternatif yang baik dan sehat”.

Selanjutnya pada 21 Mei 1998, saat Soeharto dipaksa turun oleh kekuatan mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat. Setelah itu demokrasi lepas dari sangkarnya. Pers yang awalnya terkekang, akhirnya bebas. Persumum yang berani dan kritis semakin banyak bermunculan. Maka pada saat itu majalah Arrisalah menjadi sorotan pemerintah terkait isi ‘suplemen’ pada edisi tersebut yang menguraikan kongkalikong ‘Bisnis Keluarga Cendana’ yang membabi buta.

Hingga puncaknya pada edisi XXXII/Th. XII/1997 dengan tema “Radikalisme politik Indonesia”, majalah Arrisalah dicabut izin terbitnya oleh rektorat atas perintah Departemen Agama (salah satu jaringan kekuasaan pemerintahan Soeharto) karena liputannya yang menyoroti watak politik kekuasaan Soeharto yang Otoriter-Militeristik. Lebih gawat lagi ketika disisipkan “suplemen” yang membahas tentang jaringan bisnis militer yang juga melibatkan Soeharto dan kroni-kroninya. Saat itu seluruh ekslempar majalah Arrisalah yang sudah disebarkan kepada mahasiswa ditarik kembali. Hanya sedikit eks lempar yang bias diselamatkan. Bahkan para crew pembuatan majalah Arrisalah menjadi bulan-bulanan intel.

Segala catatan perjalanan LPM Arrisalah masih belum selesai. Tepatnya pada tahun 2004 Arrisalah kembali meraih sepuluh besar “Pers Kampus PTAIN/S Se-Indonesia” oleh Departemen Agama (DEPAG) Pusat. Meski penuh polemik, penghargaan itu setidaknya menjadi pemicu semangat bagi LPM Arrisalah kedepan.

Pada tahun 2016-2018, sadar akan pasang surut eksistansi organisasi, crew LPM Arrisalah mulai kembali membangun puing-puing prestasi yang sempat runtuh, pada akhirnya crew LPM Arrisalah memutuskan untuk turut serta dalam lomba Moot Court (Peradilan Semu), hal ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya pendahulu yang tidak pernah jauh dari kata prestasi, sebagai rekam nyata, dari tahun ke tahun. Bahkan hampir selalu saja ada perwakilan LPM Arrisalah yang menjadi wisudawan/wisudawati terbaik dimasanya, dan alhamdulillah atas inspirasi tersebut tim LPM Arrisalah berhasil menyabet juara I, unggul atas tim yang lain dari semua sisi penilaian, baik keseriusan sidang, kesesuaian Undang-Undang (UU), maupun kelengkapan berkas-berkas, dan ketua sidang pada saat itu juga berhasil membawa pulang predikat hakim terbaik.

Demi mengembalikan kembali kejayaan LPM Arrisalah langkah-langkah telah diambil oleh segenap crew LPM Arrisalah. Salah satu langkah yang diambil ialah dengan kembali memperkuat jaringan terutama dengan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) sebagai wadah bagi semua LPM yang ada di Indonesia. Selain itu pembaharuan-pembaharuan terkait redaksi juga menjadi fokus pengembangan di LPM Arrisalah, dengan mulai mengembangkan bukan hanya redaksi yang berkaitan dengan media cetak saja tetapi mulai memperlebar cakupan dunia jurnalistiknya ke era digital.

Di samping itu, sadar akan perjuangan para pendahulu dalam membangkitkan semangat anti penyimpangan baik skala Regional, Nasional, Khusunya di lingkungan kampus sendiri, crew LPM Arrisalah pada kepemimpinan 2017 kembali menegaskan haluan “pers sebagai anjing penjaga” sebagai perspektif umum anggota. Hal ini untuk menegaskan kembali fitrah organisasi yang tidak akan pernah ada, eksis dan terbit jika bukan karena dana dari mahasiswa secara umum. Maka LPM Arrisalah akan aktif membela kepentingan mahasiswa secara umum, bukan sebagai corong birokrat atau golongan tertentu, LPM Arrisalah akan aktif sebagai pergerakan moral, bukan finansial. Demi membela kebenaran dan menopang nilai-nilai demokrasi.

Daftar Pimpinan Umum (PU) & Pimpinan Redaksi (Pimred) Arrisalah di setiap periode kepengurusan:
1. Ama Nur Hadi 1985-1987
2. Abdurrahman Ubaidah 1987-1989
3.Munif Armuzah 1989-1991
4.M. Nur Yasin 1991-1993
5.M. Zaki Mukmin 1993-1994
6.Fawaizul Umam 1994-1996
7. Amirullah 1996-1997
8. Misron 1997-1998
9. Abdul cholik 1998-1999
10. Saiful Anam 1999-2000
11.Tsanin A. Zuhairy (2000-2002
12. M. Syaifullah (PU)  Adi Wijaya (Pimred) Guntur Pribadi (Pimred) 2002-2003
13 Nur cholis 2003-2005
14. Maria Ulfah (PU) Nur Faishal (Pimred) 2005-2006
15. Cholis Sahju 2006-2007
16. PU (Masruhin Fahri) Pimred (Nurul yakin) 2007-2008
17. PU (Iqbal Tawakkal), Pimred(Ali shodikin) 2008-2009
18. PU (lailatul rosyid), Pimred (indah)2009-2010
19. 2010-2011
20. Libasut Taqwa 2012-2013
21. Adib 2013-2014
22. Aniq Yasroni 2014-2015
23. Abidin Hasyim (PU) Moh. Usman (Pimred) 2015-2017
24. Moh. Usman (PU) Taqiuddin Najih (Pimred) 2017-2018
25. Taqiuddin Najih (PU) Viky Nor (Pimred) 2018-2019
26. Najih Sadullah (PU) Nisrina Imtiyaz (Pimred) 2019-2020
27. Masudi (PU) Hera Fitria (Pimred) 2021-2022
28. Hera Fitria (PU) Abdur Rahman An Nakhrowi (Pimred) 2022-2023

0 Komentar