![]() |
| Talkshow Dies Natalis Ilmu Falak ke-10 | Dokumentasi Arrisalah |
Arrisalah— Program Studi Ilmu Falak (IF) UIN Sunan Ampel Surabaya menggelar acara Talk Show “Dinamika Kalender Hijriah: Antara Standarisasi Global dan Keberagaman Lokal.” sebagai puncak Dies Natalis ke-10 pada Senin (24/11/2025) di Gedung Auditorium UINSA A. Yani.
Acara ini dimulai pada pukul 08.30 WIB sebagai puncak dari rangkaian Dies Natalis Prodi Ilmu Falak ke-10 yang telah berlangsung sejak 6 Oktober 2025. Rangkaian tersebut dimulai dari kegiatan pengabdian masyarakat hingga berbagai perlombaan, seperti futsal dan badminton.
Talk show menghadirkan dua narasumber dari dua latar keilmuan dan ormas yang berbeda: Dr. H. Sriyatin Shodiq, S.H., M.Ag., M.A., Hakim Tinggi PTA Jakarta yang juga pernah terlibat dalam penyusunan Kalender Hijriah Global Tunggal, serta Dr. H. Abd. Salam, M.Ag., Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU sekaligus pengurus Lembaga Falakiyah PBNU.
Dalam pemaparannya, Dr. Sriyatin menjelaskan dasar syariat dan astronomi yang melandasi sistem kalender Islam. Ia menegaskan bahwa kalender Hijriah tidak dapat dipisahkan dari manzilat al-qamar dan penampakan hilal.
“Pergantian malam dan siang itu bersifat lokal. Maka, penentuan awal bulan juga bergantung pada fenomena yang terjadi di wilayah tersebut,” Paparnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti tantangan penerapan kalender global yang berusaha menyeragamkan awal bulan tanpa mempertimbangkan perbedaan geografis dan mikat lokal.
Kendati demikian, Dr. Abd. Salam menekankan bahwa keberagaman metode penetapan awal bulan bukan sesuatu yang baru, melainkan telah menjadi bagian dari tradisi panjang dalam fikih Islam. Ia menilai upaya standarisasi global perlu mempertimbangkan aspek sosiologis, historis, dan fikih yang berbeda-beda di tiap negara.
“Keberagaman adalah identitas. Tidak semua wilayah memiliki kondisi yang sama, sehingga penyatuan tidak bisa dilakukan secara sederhana.” Jelasnya.
Pada sesi diskusi, Dr. Sriyatin menerangkan lebih lanjut terkait dasar hukum sumpah saksi pada proses penetapan hilal yang ia contohkan langsung melalui kasus lapangan di Aceh.
Ia juga menyebutkan bahwa perbedaan laporan dan prosedur pada sumpah saksi dapat menimbulkan kerancuan dalam proses penetapan hilal.
Feri Raihan, selaku Ketua Pelaksana menerangkan bahwa acara Dies Natalis telah disiapkan sejak bulan Agustus. Pemilihan tema pada Talk Show dilandasi oleh isu kalender Hijriah global yang kembali ramai diperbincangkan sejak awal Muharram lalu.
“Kami ingin menghadirkan dua pemateri dengan perspektif berbeda supaya mahasiswa ini bisa melihat persoalan mengenai kalender Hijriah secara menyeluruh,” Ujarnya.
Dari sisi teknis pelaksanaan, Arief, selaku koordinator acara menyebutkan adanya beberapa hambatan seperti keterlambatan jadwal karena perlengkapan teknis belum siap.
“Masalah waktu ini masih perlu diperbaiki. Persiapan sebenarnya sudah dari lama direncanakan, tapi pelaksanaannya kurang matang.”
Hal serupa juga disampaikan oleh Bilqis selaku koordinator humas yang turut menyoroti kurangnya pengaturan kursi untuk tamu undangan.
“Kami tadi lupa menyisakan dua banjar kursi di depan untuk undangan, jadi beberapa tamu undangan duduk di belakang. Itu kurang etis sebenarnya,” ujarnya
Dari sisi peserta, Laila, Mahasiswa Baru Prodi Ilmu Falak menilai kedua narasumber memberikan insight baru dan relevan dengan kebutuhan perkuliahannya meski beberapa materi masih cukup sulit untuk dipahami.
“Bagus semua pematerinya, kak. Walau masih sedikit bingung tadi, tapi sangat membantu untuk mengenal tentang ilmu falak,” ujarnya.
Senada dengan Laila, Sani yang juga Mahasiswa Baru Prodi Ilmu Falak mengungkapkan alasannya mengikuti acara ini karena ingin lebih jauh memahami tentang jurusannya yang belum ia kuasai.
“Kalau ada acara seperti ini, lebih baik ikut biar paham. Tadi materinya udah cocok sama apa yang saya mau tau, dan membantu banget sih,” pungkasnya.
Acara ditutup pada pukul 11.46 WIB. dengan penyerahan hadiah pada lomba-lomba Dies Natalis Prodi Ilmu Falak ke-10 dan sesi foto bersama.(Najma)
Editor: Izza

0 Komentar