Dibalik Layar Kesuksesan Law Debate Community

“Juara sejati tak pernah menampakkan diri, berperan di balik layar adalah cara elegan dari pada hanya sekedar akuisisi dan pengakuan” Begitulah deskripsi yang diutarakan ketua Law Debate Community (LDC), Ulil Manaqib.

Arrisalah Newsroom -Lutfil Ansori, salah satu dosen Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya yang sekarang menjadi sosok penting dari keberhasilan Mahasiswa FSH dalam meraih juara debat hukum baik di tingkat regional maupun nasional. Meski tak banyak yang tahu dengan sosoknya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dosen yang sekaligus pembina LDC ini telah memberikan banyak kontribusi bagi FSH melalui prestasi-prestasi yang berhasil di raih oleh anak didiknya.

Berawal dari rasa ibanya karena sebagai kampus besar, UINSA khususnya. FSH tidak pernah ikut andil dalam kompetisi debat hukum di tingkat regional maupun nasional. Maka dari itu, sejak akhir tahun 2015 ia membentuk suatu komunitas debat yang ia beri nama ‘Law Debate Comunity’ atau akrab disingkat LDC. dimana komunitas itu sendiri adalah wadah yang di khususkan untuk menampung mahasiswa dari berbagai jurusan yang ada di FSH guna menambah kemampuan dan menyalurkan bakatnya dalam teknik berdebat, khususnya debat hukum.

Selain itu, dosen yang juga aktif di bidang kepenulisan buku dan jurnal ini memiliki program khusus yang sengaja ia buat sebagai forum kajian terbatas. Forum kajian terbatas yang diadakan setiap Jumat dengan anggota yang terbatas ini pula dibuatnya sebagai sarana akselerasi pemahaman terkait dengan hukum tata negara dan hukum konstitusi. Pasalnya, ia melihat di FSH sendiri hukum konstitusi jarang didapati dalam perkuliahan, jikalaupun ada mahasiswa tidak sepenuhnya memahami hukum konstitusi maupun hukum tata negara secara mendalam. Sehingga tidak dapat dipungkiri, dalam berdebat hukum khususnya, hukum konstitusi menjadi materi utama yang harus ada.

Seperti pepatah mengatakan “tidak ada usaha yang menghianati hasil”. Begitupula kerja kerasnya selama ini dalam membimbing mahasiswa FSH khusunya yang ada di LDC sehingga mampu menuai hasil. Tercatat sejak bimbingan kajian terbatas itu dilakukan. Sudah ada 3 juara yang di raih baik ditingkat regional maupun nasional. Semua itu tentu tidak serta-merta langsung menuai hasil, melainkan harus melalui proses jatuh berkali-kali. Dimana banyak pula perlombaan debat yang diikut, gagal memenuhi hasil maupun target yang diinginkan.

“Juara adalah bagian dari sebuah proses, juara soal waktu. Juara dimaknai suatu proses yang panjang, kita tidak akan mungkin mendapatkannya dengan cara yang instan. Mengapa tidak mendapat juara, karena hal itu bagian dari investasi dan kita akan menuai hasilnya suatu saat nanti” ujarnya.

Jika di tanya soal lelah atau tidaknya ia menjawab “Ini diartikan sebagai proses integral. Pendidikan, bagi saya mendidik tidak sekedar di kelas, mengajar mahasiswa di kelas, tapi juga bagian dari proses belajar di luar kelas, termasuk memberikan dan mengisi diskusi, memberi pelatihan-pelatihan di luar kelas, dll. Kalau di katakan lelah semua pekerjaan melelahkan, mengajar saja tanpa beraktifitas di luar kelas juga lelah”. Begitulah pemaparan dosen yang juga menjabat sebagai pegawai laboratorium FSH.

Namun lepas dari itu semua ia menambahkan bahwa keberhasilan mahasiswa tidak hanya soal dirinya melainkan adanya etos belajar tinggi dan semangat berlatih yang harus dimiliki setiap mahasiswa. “Prestasi adalah testimoni diri, sebagai mahasiswa kalau belum berprestasi kok saya rasa rugi. Ubah paradigma kita dari mahasiswa biasa, menjadi mahasiswa luar biasa” lanjutnya.

Begitulah cara pandang beliau. Sehingga, beliau berharap agar mahasiswa mengikuti ajang-ajang kejuaraan. Karena banyak sekali perlombaan yang dapat di ikuti mahasiswa, tidak hanya mentok di debat hukum. Seperti yang telah dikatakan beliau, “jadilah mahasiswa luar biasa”.

pewarta: Ima
editor: Najih

0 Komentar