Review Film “A Man Called Ahok”


Film A Man Called Ahok menjadi perbincangan hangat oleh kalangan media social dan penonton setia beberapa bioskop. Film A Man Called Ahok merupakan film nasional tahun 2018 yang disutradarai oleh Putrama Tuta berdasarkan buku A Man Called #Ahok: Sepenggal kisah perjuangan & ketulusan karya Rudi Valinka yang mengisahkan kehidupan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Belitung Timur. Film ini mulai tayang di bioskop pada 08 November 2018 bersamaan dengan Film Hanum & Rangga, sebuah film yang mengisahkan tentang kisah percintaan Hanum Rais Salsabila Rais (Putri Amien Rais) dan suaminya.

Judul Film                               : A Man Called Ahok
Sutradara                                 : Putrama Tuta
Produser                                  : Ilya Sigma, Emir Hakim, dan Reza Hidayat
Penulis                                     : Putrama Tuta bersama Ilya Sigma
Pemeran                                   : Daniel Mananta, Eric Febrian, Denny Sumargo
Perusahaan Produksi                : The United Team of Art
Tanggal rilis                             : 08 November 2018

Setelah penulis menonton film ini, bisa dimaklumi bahwasanya perjalanan hidup seseorang itu bermacam-macam. Dalam film A Man Called Ahok ini memberikan sudut pandang dalam pengambilan point-point yang bisa memberikan pesan sosial dan moral dari kehidupan keluarga kecil Ahok yang terpandang di daerahnya.

Film ini tergolong sukses membuat penonton tetap sabar duduk hingga lampu bioskop kembali dinyalakan. Sebagaimana diceritakan, Ayah Ahok bernama Kim Nam merupakan tauke (bos besar) perusahaan pertambangan di Belitung yang dermawan hingga tidak memikirkan situasi dan kondisi dirinya sendiri yang suka memberikan bantuan terutama berupa uang kepada orang di sekitarnya, ibunya bernama Buniarti sebagai sosok yang penyayang dan tegar, baik kepada anaknya atau orang disekitarnya.

Berbagai rintangan yang muncul dari kecil hingga besar yang menggoncangkan keluarga Ahok, seperti permasalahan yang muncul dari perusahaan tambang yang terlilit hutang hingga keadaan memutuskan untuk mengambil jalan lain dan terpisahnya dari salah satu anggota keluarganya, tidak membuat goyah meskipun banyak perdebatan antara kedua orang tua Ahok maupun Ahok sendiri, terutama di masa dewasanya.

Dalam film ini dibungkus secara apik perjalan hidup Ahok dari remaja hingga menjabat sebagai pejabat yang terjun ke dunia politik di ibu kota Indonesia.

Suguhan lainnya, film ini memperlihatkan nuansa keindahan di Belitung yang menambah decak kagum salah satu kekayaan bumi pertiwi kita. Selain itu saya dapat mengambil kata-kata bijak yang ada di film tersebut, seperti “jangan pernah berhenti mencintai negeri ini”. Namun satu pesan terakhir yang saya ingat lagi dari film tersebut adalah “My battle is not over” yang dilontarkan Ahok ketika sudah mencapai titik klimaks film.

Para aktris yang mendapat amanah dalam memainkan perannya di film A Man Called Ahok yakni Daniel Mananta, Chew Kim Wah, Sita Nursanti, Denny Sumargo, Eriska Rein, Eric Febrian, Edward Akbar, Donny Damara, dan Ferry Salim ini berhasil mengisi kesempurnaan peran dari keluarga kecil dari seorang Ahok yang menjadikan daya tarik sendiri dari film nasional ini.

Salah satu penonton yang saya tanyai pendapat tentang film ini mengatakan, “film ini tergolong bagus, saya sampai dibuat nangis, andai ada pemberian nilai untuk film ini, saya akan memberikan nilai 8 dari skala 1-10. Ujarnya.

Tunggu apalagi? Ayo buat yang pengen ngepoin kegemasan dari film yang berjudul A Man Called Ahok ini bisa langsung cus cabut bareng temen-temen, keluarga atau senyaman kalian dengan siapapun itu. Tonton dan rasakan sendiri sensasinya secara langsung.

Penulis merupakan
Mahasiswa semester 1 Prodi Hukum Pidana Islam dan Crew Magang LPM Arrisalah.

0 Komentar