Mahasantri Keluhkan Penutupan Akses Warung Luar Kampus


Ditutup Permanen; tampak lubang samping Pesmi yang biasa digunakan untuk akses membeli makanan telah ditutup permanen dengan semen.
(Doc. Arrisalah)

Keluhan mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA mulai terdengar pada Sabtu (2/3). Pasalnya lubang berbentuk persegi menyerupai jendela yang terletak di dinding sisi utara gedung Pesantren Mahasiswi (Pesmi) 1 yang kerap kali menjadi salah satu akses para mahasantri untuk membeli makanan dan minuman kini telah ditutup permanen. Hal ini membuat mahasantri kalang-kabut, bagaimana tidak? Selama ini hanya terdapat satu kantin yang buka di saat hari libur yang terletak di sebelah selatan bangunan pesmi 1.

Para mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA juga mengeluh dengan menu yang kurang bervariasi. Selain itu, harga yang dirasa agak mahal menjadi salah satu pertimbangan pula bagi para mahasantri untuk membeli di kantin Pesmi, hal itu terpaksa dilakukan beberapa mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA yang tidak mempunyai pilihan lain untuk membeli di kantin Pesmi tersebut. 

Perlu dikaji, apakah para mahasantri yang lapar harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda pancal milik pengurus memutar ke belakang kampus dengan jarak kurang lebih 1 km hanya untuk membeli sebungkus nasi dan kembali dengan rasa lapar lagi akibat perjalanan pulangnya? Sebab peraturannya tidak diperbolehkan para mahasantri membawa kendaraan bermotor.

Apakah tetap tega membiarkan para mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena aksesnya ditutup. Selain itu bagaimana pula dengan nasib warung-warung diluar tembok kampus tersebut yang harus berkurang penghasilan lantaran akses yang biasa digunakan oleh pembeli dari Pesmi ditutup permanen ? Hal ini kiranya memerlukan perhatian serius dari pihak kampus sebelum mengambil kebijakan menutup permanen akses tersebut.

 Tak hanya Mahasantri; tampak Mahasiswa UINSA lainnya juga kerap membeli makanan lewat lubang tersebut. (Doc. Istimewa)


Tidak hanya para mahasantri Ma’had Al-Jami’ah UINSA, para pengurus juga turut mengeluhkan kebijakan ini. “Kami juga merasa kesusahan kalau warung bu Puji ditutup. Tapi memang begitu birokrasinya di UINSA. Semua akses ditutup kecuali gang dosen, karena siapapun yang mau berjualan harus izin ke pusat bisnis terlebih dahulu. Kami dari pesmi sendiri tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengusulkan solusi ke pusat bisnis. Tapi kalau pusat bisnis tidak bergerak ya apa yang bisa kami perbuat, semoga nanti ada solusi bijak,” keluh salah satu pengurus Pesmi.

Para mahasantri mengharapkan agar para pejabat UINSA bisa memproses lebih lanjut untuk keberlangsungan hidup para mahasantri yang lebih nyaman. (ndf)


0 Komentar