Pesta Demokrasi yang Sunyi, FSH Tidak Membara Lagi



Doc. Arrisalah

Perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) raya distrik Fakultas Syari'ah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel Surabaya di laksanakan pada Selasa (25/2). Bertempat di halaman depan gedung fakultas agar mudah dijangkau oleh mahasiswa. Pemilu raya kali ini, dimenangkan oleh pasangan calon (Paslon) nomor urut 1 yakni Iskandar Fahmi A dan wakilnya Azhar Al Nizar dengan perolehan suara yang cukup mutlak, yakni 275 suara. Perbedaan yang cukup mencolok dengan selisih 231 suara dengan paslon nomor urut 2 yakni Edi Nur Handoko dan M Bayu Mustofa yang memperoleh 44 suara. Sedangkan, 6 suara dinyatakan tidak sah. 
Partai yang mengusung kedua Paslon tersebut merupakan partai kawakan atau sudah lama yakni Partai Pergerkan Mahasiswa (PPM) dan Partai Revolusi Mahasiswa (PRM). Sebab untuk saat ini belum ada partai baru yang mengusung calon lainnya. Kedua partai tersebut berhak mencalonkan Paslon, karena partai tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (Kopurwa) dalam peraturan yang sudah disosialisasikan dan dilampirkan di pamflet 
Pemilihan Dewan Mahasiswa (DEMA) sejatinya merupakan pesta demokrasi di tingkat fakultas. Pemilihan umum sering disebut-sebut sebagai pesta rakyat, yang namanya pesta sudah seyogianya dirayakan oleh semua mahasiswa, khususnya dalam hal ini mahasiswa FSH. Hal ini sangat disayangkan oleh beberapa mahasiswa yang antusias mengikuti pemilihan tersebut, salah satunya Naufal, Mahasiswa Program Studi (Prodi)  Hukum Keluarga (HK) Semester 6. "Pemilihan DEMA merupakan pesta demokrasi kampus tingkat fakultas yang harus di optimalkan oleh warga FSH sebab dengan begitu mereka bisa menentukan pemimpin fakultas untuk satu tahun kedepan. Demi kebaikan FSH sendiri". Ujar Naufal.
Pemilu yang diproyeksikan melibatkan ribuan mahasiswa FSH ini dalam pelaksanaannya memang kurang meriah, sebab banyak mahasiswa yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam kegiatan pemilu tersebut. Dari ribuan suara mahasiswa FSH yang seharusnya memakai hak pilihnnya dalam perhelatan pemilu tersebut diperkirakan hanya sekitar 50% mahasiswa yang memakai hak pilihnya, sedang sisanya yang jumlahnya sangat banyak memutuskan untuk menjadi Golongan Putih (Golput).
Kurangnya antusiasme mahasiswa FSH pada gelaran Pemilu raya ini sangat disayangkan, mengingat stigma melek hukum yang melekat pada mahasiswa FSH seharusnya dicerminkan melalui partisipasi pada kegiatan politik kampus. Antusiasme dari Mahasiswa FSH yang masih minim dalam mengikuti Pemilu raya ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sosialisasi yang masih belum jelas. Seperti yang di rasakan oleh Min Aida salah satu mahasiswi FSH Prodi Hukum Keluarga "kurang adanya respon dari mahasiswa ini sebab kurangnya promosi yang jelas, sehingga hanya sedikit mahasiswa FSH yang tahu mengenai kegiatan pemilu raya ini" ungkapnya.
Kurangnya sosialisasi Pemilu yang dijadikan faktor kurangnya animo mahasiswa FSH dalam kegiataan Pemilu raya ini dibantah oleh Ainul Yakin selaku ketua Kopurwa distrik FSH. "Mengenai masalah ini (red: sosialisasi),  kami sudah melakukan semaksimal mungkin, mulai dari kelas ke kelas, Majalah dinding (Mading), TV lobby, bahkan di Instagram Senat Mahasiswa (SEMA) juga sudah di posting pamfletnya. Mahasiswa yang tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu raya ini atas dasar minimnya kesadaran demokrasi, banyak mahasiswa yang masih acuh tak acuh" jelasnya. (Tri/Ody)

Reporter: Triyono/Ody
Editor: Dimas

0 Komentar