Stagnasi Lembaga Mahasiswa UINSA di Masa Pandemi

 

(Doc. Google) 

Oleh: Ody

Universitas Islam Negari Sunan Ampel Surabaya (UINSA) merupakan kampus yang berada dibawah naungan Kementrian Agama yang memiliki 9 Fakultas dan 47 Program Studi. UINSA memiliki lembaga resmi dalam lingkup mahasiswa untuk mencapai visi dan misi, yakni organisasi intra kampus skala universitas, meliputi Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U) dan Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U), dan di tingkat fakultas yaitu DEMA Fakultas, SEMA Fakultas, Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP), dan organisasi intra mahasiswa yang berada dalam tubuh UINSA.

Saat ini, lembaga mahasiswa dalam kondisi linglung dengan adanya pandemi covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat. Hal tersebut membuat setiap lembaga mahasiswa yang ada di lingkup mahasiswa masih belum bisa berfungsi sebagaimana secara normal. Kondisi abnormal ini menjadi hambatan bagi setiap organisasi kampus untuk bergerak melaksanakan tugas dan program kerjanya. Stagnasi gerakan mahasiswa di masa pandemi menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa yang masih rendah. Stagnasi inovasi di masa pandemi saat ini bisa dilihat dari minimnya kontribusi positif yang diberikan oleh organisasi intra kampus dari setiap lini baik dari DEMA UINSA maupun SEMA UINSA. Hal itu tidak jauh berbeda dengan keadaan lembaga mahasiswa fakultas, banyak yang mempertanyakan program sekaligus kinerjanya. Hal ini merupakan disorientasi gerakan mahasiswa yang kian mati nalar kreativitasnya, menjadi miris sebab lembaga yang seharusnya memperdayakan potensi mahasiswa dengan memfasilitasi mahasiswa untuk selalu berkreasi malah kehabisan inovasi dan kreasi saat di hadapkan pada pandemi.


Pandemi seharusnya dijadikan tantangan bukan lagi hambatan dalam menjalankan tugas dan program kerja lembaga mahasiswa. Mahasiswa sudah seyogianya menumbuhkan kreativitas dalam pengelolaan berorganisasi, jika stagnan artinya tidak punya nalar untuk berkembang atau memang tidak mempunyai kemauan, lalu mengambinghitamkan pandemi covid-19. Lembaga mahasiswa sebenarnya memiliki solusi sederhana — memilih mengubah cara dengan yang baru (red: beradaptasi) atau tetap bertahan dengan tradisi lama sampai tidak ada tugas dan program lembaganya tidak ada yang terealisasi.


Ironisnya kejumudan ini akan terus berlangsung jika tidak ada yang segera mengambil tindakan—pasrah pada keadaan bukanlah yang patut didewakan dalam hal ini, sebab tanggung jawab pengembangan potensi mahasiswa harus tetap berjalan menjadi tugas prioritas kerja bagi para wakil-wakil mahasiswa yang sedang menjabat. Menyediakan ruang-ruang dialektik dalam rangka merawatt rasionalitas ide dari mahasiswa walaupun sebatas Webinar, Tlakshow, maupun dialog interaktif meskipun dalam bentuk virtual.


Keluar dari kejumudan dan stagnasi ini perlu dilaksanakan oleh para pemangku lembaga kampus dari strata paling bawah maupun paling atas sebab stagnasi hanya menciptakan ironi. Jelas ini ironi sebab lembaga mahasiswa yang notabene dihuni oleh para mahasiswa pilihan yang memiliki potensi, namun ketika dihadapkan dengan keadaan pandemi para mahasiswa tersebut belum bisa memberikan jalan keluar. Inovasi dan kreasi dibutuhkan untuk menghadapi pandemi dan diam bukan pilihan yang tepat, artinya lembaga harus bergerilya dalam rangka menumbuhkan idenya untuk mengemban amanah untuk terus memberikan kontribusi nyata pada mahasiswa.


Hemat penulis bahwa diskusi virtual maupun pelatihan virtual berjalan secara berkesinambungan sudah cukup syarat dalam mengembangkan potensi mahasiswa. Seharusnya ini menjadi opsi untuk tetap menjaga eksistensi sekaligus esensi disaat pandemi untuk keluar dari beleggu itu, toh setiap lembaga mahasiswa punya anggaran, hal ini tentu seharusnya dapat dimaksimalkan dengan menggunakan sebagaimana mestinya untuk pemberdayaan mahasiswa. Dalam ikhwal kegentingan seperti ini, tindakan yang solutif perlu dicari dan dieksekusi oleh lembaga mahasiswa UINSA dalam memberikan kontribusi nyata yang bisa dirasakan oleh seluruh mahasiswa.

0 Komentar