Ketua Dewan Pers berpulang. Dambakan agar pers Indonesia tidak dikooptasi oleh kekuasaan


doc. diambil dari cnnindonesia


Kepergian Prof. Dr. Azyumardi Azra tentu saja betul-betul mengejutkan. Menurut salah seorang tokoh, beliau baru saja pulang kampung ke Sumatera Barat kemudian ke Kuala Lumpur untuk menghadiri sebuah seminar.


Kepergian beliau tentu saja membuat kita benar-benar kehilangan karena beliau dikenal sebagai seorang ilmuan yang sangat berkelas tidak hanya dalam skala nasional tapi juga dunia.


Beliau sangat sering diundang sebagai pembicara di forum-forum ilmiah tidak hanya di dalam negeri tapi juga di berbagai forum dan kampus terkenal di manca negara. Pandangan- pandangannya sangat dihormati dan banyak dijadikan rujukan.


Bahkan boleh dikatakan tidak ada tokoh dan cendekiawan dunia yang menjadikan Indonesia sebagai objek kajiannya yang tidak kenal dengan beliau.


Kepergiannya tentu saja akan membuat seluruh cendikiawan berduka karena mengingat jasa beliau yang sangat besar dalam memajukan moderasi di Indonesia


Beliau juga telah berhasil menumbuh suburkan budaya akademik dan ilmiah serta mengangkat nama Indonesia menjadi negara yang bergengsi yang tidak hanya dikenal di tanah air tapi juga oleh dunia internasional terutama oleh mereka-mereka yang tertarik dengan kajian-kajian keislaman.


Sebagai ketua dewan pers, beliau ingin menguatkan posisi pers Indonesia agar media dan para wartawan tidak diperlakukan sewenang-wenang.


Lebih dari itu, beliau juga mendambakan agar pers Indonesia tidak dikooptasi oleh kekuasaan. Dan tidak pula menghamba kepada para pemegang kekuasaan itu. Kondisi ideal ini tidak mudah untuk dicapai.


Belum lama ini, beliau menggagas agar jurnalistik warga (citizen journalism) juga dilindungi. Keliahatannya, ide ini sedang digarap oleh mantan rektor IAIN (UIN) Syarif Hidayatullah itu.


LPM Arrisalah mempunyai kenangan tersendiri dengan beliau. Pada tahun 2002/2003 beliau tercatat sebagai salah satu Narasumber dalam buletin Arrisalah. Ketika itu Muhammad Syaifulloh yang berkesempatan menemui Beliau yang kala itu masih menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta.


Kita berharap semoga Allah SWT mengampuni semua dosanya dan menjadikan seluruh yang telah dilakukannya menjadi ibadah. Amiin.  (Abdur Rahman)

0 Komentar