Jabatan Khalifah Seharga Segelas Air

Ditulis oleh Alfian Muslim Pris Firdaus

Editor: Merina Puspita



Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, Imam Abu Hamid Al-Ghazali mengajarkan kita tentang bersyukur dengan menuturkan kisah menarik, mengenai seorang Khalifah yang diberi nasehat oleh seorang Ulama yang zuhud. Bagaimana kisahnya? Yuk simak!!

Dikisahkan bahwa suatu hari Muhammad bin Shobih bin Sammak (Imam Ibnu Sammak) seorang Ulama yang Alim Sholeh serta zuhud, dikenal sebagai ahli sanad hadits Iraq (W. 344 H), di undang ke Istana Khalifah untuk memberikan nasehat. Ibnu Sammak datang dengan membawa secangkir air di tangannya untuk diberikan kepada Khalifah Abbasiyah saat itu. (tidak disebutkan siapa nama Khalifahnya)

Sang Khalifah berkata: "Berikan aku nasehat" 

Ibnu Sammak: "Jika minuman ini tidak bisa didapatkan, kecuali jika anda mau memberikan seluruh harta yang anda miliki, bila tidak, maka anda akan tetap kehausan, apakah anda akan memberikannya?"-tanyanya

"Iya" jawab Khalifah

Setelah mendengar jawaban tersebut Ibnu Sammak mengatakan: "Jika tidak bisa didapatkan kecuali dengan memberikan seluruh kerajaan anda, apakah anda tetap meninggalkannya?"

"Iya" sahut Khalifah. 

"Kalau begitu janganlah anda senang dan berbangga diri atas satu kerajaan yang tidak sebanding dengan seteguk air". Ujar Ibnu Sammak menasehati Sang Khalifah. 

Cerita ini merupakan sindiran sekaligus teguran bagi diri kita. Bahwa terdapat pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya untuk selalu bersyukur. Ibnu Sammak mengatakan bahwa seperti apapun mewahnya harta yang kita miliki, jabatan yang kita punya, bahkan Istana sebesar benua sekalipun, itu semua tidak berarti apa-apa jika kita tidak bisa mendapatkan air di kala kehausan. Sama halnya dengan udara, jika Allah SWT tidak menahan udara agar tidak keluar dari atmosfir bumi ini, tentu kita pasti akan mati dalam waktu beberapa menit. Itulah mengapa segelas air adalah nikmat yang lebih besar daripada semua harta yang kita miliki, bahkan air tidak sebanding dengan harta dan tahta kerajaan yang ada di bumi ini, karena tanpa segelas air kita tidak akan bisa hidup, tenggorokan akan kering, dan kekurangan air juga menyebabkan aliran darah tidak sempurna hingga menyebabkan kematian. 

Begitu hinanya diri kita. Lalu apa lagi yang bisa kita sombongkan di hadapan Sang Maha Kuasa. Nasehat Ibnu Sammak di atas patut kita ingat selalu agar kita senantiasa menjadi hamba yang bersyukur di setiap kondisi. 

Tulisan ini pula hadir sebagai pengingat terutaman kepada diri saya sendiri, dan juga untuk pembaca sekalian agar kita selalu berhati-hati, menjaga diri dari sifat Ujub yang ada di dalam hati. Jangan sampai akhlak tercela tersebut hinggap dalam hati kita tanpa kita lawan, dan membuat kita tidak lagi merasa malu untuk berbuat maksiat yang terus menerus dilakukan bagaikan tinta hitam yang menutup hati kita dari hidayah, hingga tidak lagi merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah SWT karena gelapnya hati kita. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tabik.


Cerita diatas bisa dibaca dalam Kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, Juz 4, Bab sabar dan syukur hal 124.

0 Komentar