Lokomotif Kemajuan Bangsa Jangan Takluk Oleh Perubahan Zaman


oleh: Burhan Robith

Pemuda hari ini adalah pemimpin di esok hari, demikianlah bunyi salah satu pepatah Arab. Sejarah telah mencatat bahwa setiap momen penting suatu perubahan senantiasa melibatkan para pemuda sebagai lokomotif penggeraknya. Usamah bin Zaid misalnya, di usianya yang ke-18 tahun sudah menjadi panglima perang dalam menghadapi bangsa romawi, begitupun Muhammad Al-Fatih pada usianya yang ke-22 tahun sudah menjadi Sultan, bahkan ditahun kedua setelah beliau menjabat mampu menaklukkan benteng legendaris Konstantinopel.

Selanjutnya di Perancis, Napoleon Bonaparte yang saat itu masih menjadi perwira muda membawa rakyat Perancis menuju kemerdekaannya. Ia selalu berada di lini depan untuk membela dan memperjuangkan kemerdekaan Perancis. Ia bersama para rakyat dengan gagah berani merobohkan angkuhnya tembok feodalisme, monarki dan aristokrasi sehingga bisa membawa rakyat Prancis menuju gerbang Kemerdekaan yang sesungguhnya

Begitupun di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwasannya pemuda-pemudi bangsa memiliki peranan yang sangat penting dalam membawa bangsa ini menuju kemerdekaannya. Misalnya pada peristiwa menjelang proklamasi, saat itu Aidit, Chaerul Saleh, Wikana dan para pemuda lainnya memperjuangkan dan meyakinkan bapak-bapak bangsa yang mayoritasnya oleh golongan tua untuk mempercepat Kemerdekaan. Jika tidak demikian, kemungkinan kondisi vacuum of power dan janji kemerdekaan yang diberikan Jepang pasca takluk dalam perang Asia Timur Raya itu dimanfaatkan oleh para penjajah untuk kembali menguasai Indonesia. 

Meskipun dengan tindakan yang nekat yakni menculik para tokoh penting seperti Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta menuju Rengasdengklok, para pemuda akhirnya berhasil meyakinkan para golongan tua untuk menyegerakan Proklamasi hingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 dibacakanlah teks Proklamasi tersebut. Hal ini semakin menegaskan bahwa arti pemuda bagi bangsa ini tidak bisa dinilai hanya sebatas perjuangan biasa. 

Jauh sebelum peristiwa tersebut, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 diadakan suatu Kongres Pemuda. Kongres tersebut mempertemukan para pemuda dari berbagai daerah atas dasar nasib yang sama sebagai bangsa yang ingin bebas dari penjajahan. Kongres ini kemudian menghasilkan suatu momen bersejarah yang menjadi tonggak perjuangan bangsa untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia atas dasar yang kesadaran yang sama sebagai Bangsa Indonesia.

Sembilan puluh tahun sudah sejak sumpah itu dikumandangkan untuk menegaskan semangat cita-cita berdirinya Negara Indonesia dan  menjadi landasan pemersatu Bangsa. Sumpah yang begitu sakral dan teguh, mematri jiwa dan raga untuk mencintai Indonesia. Sumpah yang sarat akan makna, menumbuhkan jiwa nasionalisme saat melafalkannya. Tapi seiring berjalannya waktu, para pemuda yang seharusnya menjadi ujung tombak Bangsa mulai kehilangan akal sehatnya. Arus globalisasi yang begitu deras tidak mampu difilternya, provokasi-provokasi murahan pun juga termakan olehnya. Bagaimana mungkin suatu bangsa itu akan jaya jika para pemuda nya lemah ?

Dijadikannya 28 Oktober sebagai hari peringatan Sumpah Pemuda tentunya bukan tanpa alasan, bukan juga sekedar ajang seremonial belaka. Akan tetapi ada hal yang lebih penting daripada itu, yakni dengan merefleksikan dan merestorasikan tiap-tiap butir yang telah digaungkan. Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, adalah semangat kebersamaan dan persatuan yang menjadi modal terbesar dalam menghadapi tantangan zaman. Kita tidak akan mampu menolak perkembangan zaman karena itu adalah suatu keniscayaan. Yang bisa kita lakukan yakni dengan tetap mempertahankan tradisi dan budaya asli kita, serta mengambil inovasi-inovasi baru yang sejalan dengan karakteristik Bangsa Indonesia.

Para pemuda harus bisa memastikan bahwa semangat dari Sumpah Pemuda masih tetap ada dan nyata. Pemuda adalah aktor perubahan, bukan malah memperkeruh keadaan. Pemuda adalah penentu masa depan, pemuda adalah penerang jalan yang memutuskan arah kebangsaan dan sebagai mercusuar peradaban. Dengan segalanya itu, pemuda hari ini harus tampil kembali memutuskan apa yang akan menjadi kenyataan. Memutuskan kemana arah bangsa. Jadilah pemuda yang benar-benar mampu mengguncangkan dunia. Pemuda yang tidak suka mengeluh, tidak berpikiran negatif, dan tidak mudah putus asa. Jiwa muda haruslah bermimpi, bervisi, bermisi, serta tetap melakukan hal-hal yang positif dan menyebarkan energi positif.

Tanah air kita hanya satu, Bangsa kita Cuma satu, Bahasa kita sudah satu. Jadi, segera hilangkanlah seteru. Mari bahu membahu untuk Indonesia yang lebih maju.

Selamat Hari Sumpah Pemuda, bagi setiap orang yang merasa muda !!!

0 Komentar