Pro-Kontra Road Show Sahur di Mojokerto: Ibadah atau Konser?

Ditulis oleh: Mei Ayu Zulfikriyah

Editor: Tivany 

Ilustrasi ramadhan | Sumber: Istockphoto.com

Road show sahur atau Sahur On The Road adalah kegiatan makan sahur bersama di luar rumah pada Bulan Ramadhan. Tidak hanya sekedar sahur di jalan, SOTR terkadang juga diiringi dengan kegiatan membagi-bagikan makanan kepada masyarakat yang kurang mampu di jalanan. Di Kabupaten Mojokerto, Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kendaraan seperti mobil, motor, atau becak serta dimeriahkan dengan musik dan ceramah agama. 

Kegiatan ini sebenarnya sangat positif karena mengandung unsur-unsur kebersamaan, berbagi, dan tolong-menolong sesama. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik road show sahur di beberapa daerah justru mendapatkan penolakan dari sejumlah elemen masyarakat. Hal tersebut seperti yang terjadi baru-baru ini di Kabupaten Mojokerto, dimana telah ditemukan praktik Road Show Sahur dengan menggunakan musik yang diputar melalui sound-sound besar yang diangkut diatas kendaraan roda empat. Sound sistem tersebut memutar musik dengan volume yang sangat keras sehingga menganggu kenyamanan penduduk setempat. 

Pada tanggal 27 Maret 2024 lalu, akun Instagram resmi milik @kabarmojokerto membagikan sebuah video yang menarik perhatian warganet. Video tersebut memperlihatkan sejumlah ibu-ibu dari Dusun Genengan, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, yang menyuarakan ketidaknyamanan mereka terhadap acara road show sahur di wilayah mereka. Dalam video tersebut, para ibu mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut mengganggu ketenangan mereka, terutama saat menjelang waktu sahur. Video tersebut juga menjadi perbincangan hangat di media sosial hingga mengundang berbagai respon dan tanggapan dari masyarakat luas. Komentar-komentar yang muncul di postingan tersebut menunjukkan adanya pro dan kontra terkait acara road show sahur di Dusun Genengan, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto. 

Beberapa netizen yang menentang keberadaan acara road show sahur, menganggap bahwa kegiatan tersebut mengganggu ketenangan dan kenyamanan warga setempat, terutama bagi ibu-ibu yang memiliki bayi dan membutuhkan istirahat menjelang waktu sahur. Mereka meminta agar pihak penyelenggara lebih memperhatikan dampak sosial dan lingkungan sebelum menggelar acara semacamnya di suatu daerah.

Komentar serupa juga dilontarkan oleh salah seorang pengguna media sosial yang khawatir akan kerasnya suara musik acara tersebut, "Omahku meh ambruk kenek bass e, kok jare terhibur" Komentar ini menyoroti kekhawatiran konkret pada rumahnya yang mungkin roboh akibat kuatnya getaran bass dari sound sistem yang besar. Dalam ungkapan yang tegas, mereka mengekspresikan ketidaksetujuan mereka terhadap anggapan bahwa orang-orang merasa terhibur oleh acara tersebut.

"Dari pada dibubarkan, mending difasilitasi dan dikawal serta dibuat peraturan, jadi lebih terkontrol. Kek gini itu kearifan lokal lo. Dan hiburan buat masyarakat sekitar," ujar seorang pengguna media sosial yang mendukung kegiatan tersebut. Ungkapan netizen tersebut, menekankan pentingnya mempertimbangkan opsi dukungan terhadap kegiatan tersebut dengan catatan pemberian fasilitas, pengawalan, dan regulasi yang ketat, sehingga dapat berjalan secara lebih teratur dan aman. Lebih lanjut, komentar tersebut menyoroti bahwa pendekatan semacam ini merupakan bentuk penghormatan atas kearifan lokal yang sudah selayaknya harus dihargai.

Kontroversi Road Show Sahur di Kabupaten Mojokerto mencuat karena adanya perbedaan pendapat antara pendukung dan penentang acara tersebut. Salah satu masalah utama yang digaungkan adalah penyalahgunaan suara dan musik yang mengganggu ketenangan warga sekitar. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa acara ini seharusnya difasilitasi dan dikawal dengan baik agar tidak mengganggu kenyamanan dan ketenangan masyarakat sekitar. Namun, di sisi lain, ada juga yang menentang keberadaan acara tersebut karena dianggap merusak ketenangan dan mengganggu aktivitas ibadah sahur.

Pentingnya kesadaran bersama dalam menjaga esensi ibadah sahur menjadi kunci dalam menyelesaikan konflik ini. Ibadah sahur memiliki Nilai-nilai kebersamaan dan kesederhanaan yang berorientasi pada kemaslahatan. Sahur adalah serangkaian persiapan utama menuju puasa yang fokus utamanya mengendalikan hawa nafsu demi memahami sesama. Sehingga sudah semestinya, kegiatan sahur tersebut membawa kemanfaatan dan kebaikan bagi masyarakat. Di samping itu juga, Masyarakat perlu memahami bahwa kegiatan keagamaan yang hendak diselenggarakan haruslah tetap memperhatikan nilai-nilai sosial dan tidak merugikan lingkungan sekitar. Dengan demikian, penyelesaian konflik antara pendukung dan penentang acara Road Show Sahur di Kabupaten Mojokerto dapat dicapai melalui kesepakatan bersama dan pengawasan yang ketat agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik serta bernilai kebaikan di bulan suci Ramadhan.

0 Komentar